Pembentukan Karakter melalui Pembiasaan Potong Kuku

Potong kuku sebelum masuk kelas
Sering kali, anak lebih percaya kata-kata dari gurunya daripada orang tuanya. Sehingga ada beberapa orang tua yg bilang, "Pak, njenengan saja yg ngasih tau..... Kalau sama saya, nanti pasti nggak mau."
Ini harus menjadi modal berharga bagi seorang guru untuk menanamkan kebaikan dalam diri anak. Turut membantu anak membangun pribadinya secara utuh. Tak perlu yg muluk-muluk. Dari hal yg kecil sederhana saja. Salah satunya adalah potong kuku.

Ya, sekolah kami, Wijana Mojoagung membiasakan anak-anak untuk potong kuku. Seminggu sekali diadakan permeriksaan kuku, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri per kelas. Dan ini sudah terekam dalam benak mereka.

Pemeriksaan kuku sebelum masuk kelas
Setiap hari Senin atau Selasa, kami melakukan sidak (inspeksi mendadak) kuku. Setelah pembiasaan bersama di lapangan, biasanya kami adakan brefing pagi (jika ada yang perlu disampaikan kepada anak-anak), jika tidak ada brefing anak-anak langsung dapat memasuki kelas. Mereka berbaris rapi memasuki kelas mereka. Namun, saat sidak sebelum masuk kelas, anak-anak diperiksa satu per satu. Anak-anak yang kedapatan berkuku panjang akan mendapatkan "sentil cinta". Ya, tentunya sentil itu tidak terlalu keras.

Selanjutnya, mereka belum diperbolehkan masuk kelas sebelum memotong kukunya dengan gunting kuku yang telah disediakan sekolah. Jadi, tidak ada alasan bagi anak-anak untuk dapat menunda memotong kukunya.
Suatu ketika, saat saya brefing pagi kepada anak-anak tentang kegiatan kesiswaan, anak-anak terlihat gelisah dan tidak fokus dengan apa yg saya sampaikan. Saya mencoba mengamati. Ternyata banyak anak yg melihat kuku jari mereka. Mereka mungkin lupa potong kuku. Padahal hari itu saya tidak berniat sidak kuku. 
Suatu hal kecil dan sederhana yg dibiasakan sejak dini, akan mengakar dan tumbuh kuat, turut serta menjadi bekal dan modal untuk terbentuknya pribadi-pribadi yg berkarakter.

Tidak ada alasan untuk menunda memotong kuku
Apakah membawa pengaruh terhadap perkembangan mental dan karakter anak? Tentu saja ada. Dengan program kegiatan ini, anak belajar untuk menjaga kebersihan diri dan terlebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Kebutuhan anak haruslah sedikit demi sedikit dapat dikerjakan oleh mereka sendiri, tanpa bantuan orang tuanya. Bertanggung jawab agar mereka tidak menyalahkan orang lain jika mereka melakukan kelalaian.

Mari bersama membangun Indonesia yang berkarakter dengan memberikan perhatian dan kasih kita kepada anak-anak yang telah dipercayakan oleh Tuhan dan orang tua kepada kita, insan pendidikan.