Setiap hari Selasa, kami mengadakan pemeriksaan kuku. Mulai dari kelas I sampai kelas VI, semuanya mendapatkan giliran untuk pemeriksaan. Namun sejauh itu, ternyata tetap saja ada anak yang tidak memotong kuku, sekali pun sudah diingatkan pada hari sebelumnya. Alasan klasiknya ya pasti tetap sama: lupa.
Sanksi untuk memotong kuku sendiri dan tidak diperbolehkan masuk kelas sebelum kuku dipotong, telah kami berikan. Namun tidak memberikan efek apa-apa. Bahkan ada anak yang sampai 3 kali berturut-turut tidak potong kuku.
Oleh sebab itu, kami membuat kesepakatan dengan anak-anak. Jika pada hari Selasa anak-anak memotong kuku semua, maka akan diberikan reward tambahan istirahat 10 menit di jam istirahat pertama. Jika ada 1 anak saja yang tidak potong kuku, maka tidak ada penambahan jam istirahat.
Sungguh bangga kami, karena kemarin untuk pertama kalinya anak-anak semuanya potong kuku. Sehingga mereka mendapatkan reward mereka, yaitu penambahan jam istirahat 10 menit. Apa yang kami harapkan ternyata berhasil.
Kami memilih strategi ini karena cara menggerakkan anak-anak adalah dengan menyentuh hatinya, untuk termotivasi melakukan apa yang kita inginkan. Paksaan dan hukuman tidak cukup memberikan dampak yang baik. Memunculkan kesadaran akan tanggung jawab dan konsekuensi akan lebih memberikan dampak sesuai yang kita harapkan.
Beginilah cara kami mendidik anak-anak. Tak melulu tentang peraturan, tak melulu tentang hukuman. Tapi kami berusaha memunculkan kesadaran, sehingga mereka melakukannya dengan sukacita. Tak melulu tentang nilai angka saja, tapi kami membentuk karakter anak Anda. (ADK)