Kemandirian merupakan suatu kemampuan untuk berani, berinisiatif, dan bertanggung jawab dalam mengatasi permasalahan tanpa tergantung pada orang lain. Kemampuan ini tentunya tidak didapatkan secara instan. Perlu proses yang panjang untuk memperolehnya. Oleh sebab itu, perlu sedari dini anak-anak dilatih untuk menjadi mandiri, agar kelak mereka tidak selalu bergantung pada orang lain.
Melalui kegiatan Life Study Camp ini, sekolah ingin mengajarkan kepada anak-anak kemandirian tingkat lanjutan. Hal itu karena selama kegiatan ini, anak-anak harus bisa melakukan berbagai hal secara mandiri. Mulai dari mencuci piring sendiri, merapikan tempat tidur (tenda) sendiri, hingga harus masak makanan sendiri.
Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari 2 malam, mulai dari hari Rabu hingga Jumat, 28-30 Agustus 2024, di Java in Paradise yang berlokasi di Dsn. Segunung, Ds. Carangwulung, Wonosalam. Tempat yang kami pilih memang masih alami dan jauh dari keramaian, sehingga mereka sungguh-sungguh dapat merasakan hidup di alam bebas. Banyak pengalaman, pelajaran, dan hal-hal menarik yang mereka dapatkan selama 3 hari berproses di Life Study Camp ini, yang tentunya membawa kesan dan makna mendalam bagi mereka.
Perjalanan yang Begitu Dinantikan
Sebelum keberangkatan ke lokasi camping, anak-anak berkumpul di sekolah. Selain untuk pengarahan dan doa bersama, para pembina juga melakukan inspeksi barang bawaan. Tujuannya adalah memastikan bahwa tidak ada barang-barang lain yang dibawa oleh anak-anak selain yang sudah ditentukan, termasuk mainan.Pemandangan alam yang mengesankan | Dok. Sekolah |
Setelah itu, para rombongan menuju ke lokasi. Sekira 45 menit menempuh perjalanan, rombongan sampai di Wonosalam, tepatnya di jalan masuk menuju lokasi. Perjalanan selanjutnya dilakukan dengan berjalan kaki menyusuri jalanan perkebunan kopi. Ya, Java in Paradise ini memang berlokasi di tengah perkebunan kopi.
Giat Bersama Mendirikan Tenda
Sesampainya di sana, anak-anak beristirahat sejenak untuk makan siang dan melepas lelah. Tak berselang lama, anak-anak pun segera diajak untuk mendirikan tenda. Mereka pun membagi tugas agar tenda mereka dapat berdiri dengan kuat dan bertahan selama 3 hari ke depan. Butuh waktu sekitar satu jam setengah bagi mereka untuk mendirikan tenda, menata, dan membuat tenda mereka dapat ditempati. Tak hanya anak-anak, para guru pun juga harus mendirikan tenda dan posko.Bekerja sama mendirikan tenda | Dok. Sekolah |
Ada beberapa aktivitas yang telah disiapkan oleh Kak Arik Sugiarto, selaku kakak pembina Pramuka yang akan mendampingi kami dalam kegiatan ini. Di hari pertama ini, anak-anak lebih diajak untuk melakukan aktivitas kepramukaan. Anak-anak dengan begitu bersemangat mengikutinya, apalagi masih hari pertama, tentunya energi mereka masih cukup banyak untuk melakukan aktivitas di hari ini.
Makan Apa Adanya dan Seadanya
Ketika di rumah, mungkin anak-anak bisa makan sesuai request. Tinggal minta saja, makanan pun tersedia. Namun hal itu kini jadi berbeda. Di camp ini, anak-anak harus mau makan apa saja yang sudah disediakan. Tak ada pilihan selain memakan apa yang telah disajikan. Menolak berarti melewatkan jatah makan dan harus siap menahan rasa lapar. Mengingat jatah makanan yang boleh dibawa oleh anak-anak pun dibatasi.Anak-anak sedang mengambil makanan | Dok. Sekolah |
Beragam menu disajikan. Mulai dari lodeh, pecel, hingga sayur asem. Semua harus makan, semua harus dihabiskan. Ada yang berusaha sangat keras untuk dapat menghabiskan makanan yang telah diambilnya. Hal ini kami maksudkan agar anak-anak terlatih untuk tidak pilih-pilih makanan. Selain itu, mereka diajarkan untuk menghargai makanan yang mereka dapatkan.
Selesai makan, mereka pun harus bertanggung jawab untuk mencuci peralatan makan yang telah mereka gunakan. Tak peduli pagi, siang, atau malam, mereka tetap harus membersihkan peralatan makan sendiri. Di sini, mereka sungguh-sungguh belajar hidup mandiri.
Perah Susu Kambing
Di rangkaian kegiatan Life Study Camp ini, terdapat kesempatan langka dan pengalaman berharga, yaitu perah susu kambing. Wilayah di sekitar lokasi camping ini, selain digunakan sebagai kebun kopi juga digunakan sebagai tempat peternakan kambing. Di sesi hari kedua, anak-anak diajak untuk menjelajah dan berjalan menuju salah satu peternakan milik Bapak Supriaji.Pengalaman langka memerah susu kambing | Dok. Sekolah |
Bau kotoran kambing terasa cukup menusuk hidung ketika anak-anak tiba di kandang. Namun, semuanya sirna oleh kegembiraan anak-anak saat dapat menyaksikan secara langsung puluhan kambing yang ada di kandang. Mereka pun begitu senang saat melihat anak-anak kambing yang lucu dan menggemaskan. Lebih-lebih mereka sudah tidak sabar untuk bisa segera mencoba untuk memerah susu kambing.
Setelah mendengarkan arahan dari Pak Supri—sapaan akrab Pak Supriaji, anak-anak secara bergantian masuk ke kandang untuk mencoba memerah. Pak Supri pun memberikan demonstrasi cara memerahnya. Walau terlihat mudah, ternyata memerah susu tak semudah kelihatannya. Ada teknik tersendiri agar air susunya dapat keluar. Jika caranya salah, maka air susu tidak keluar. Namun, lama kelamaan, anak-anak pun mampu melakukannya. Tak hanya memerah susu, mereka pun mendapatkan kesempatan untuk menikmati susu segar yang barusan diperas. Mereka begitu bersukacita karena mendapatkan kesempatan langka dan berharga ini.
Latihan Kemandirian Bekal Kehidupan
Sebagai bentuk dari latihan kemandirian, anak-anak pada hari kedua ini diminta untuk memasak untuk makan malam mereka sendiri. Sebelumnya, mereka sudah mempersiapkan peralatan yang diperlukan. Sedangkan bahan masakannya telah disediakan sekolah. Kali ini, mereka akan memasak lodeh manisa. Menggunakan tungku sederhana dari kaleng, kapas, dan spirtus, mereka mulai memanaskan air sambil mengiris bahan-bahan masakannya.Latihan kemandirian dengan masak sendiri | Dok. Sekolah |
Keseruan mulai terlihat ketika mereka mulai memasukkan bumbu masakan. Sesekali mereka mencicipi masakan mereka. Mereka pun mulai menambahnya dengan garam dan bumbu-bumbu lainnya. Dengan begitu bersemangat mereka memasak dan menunggu masakan mereka matang.
Saat masakan semua kelompok matang, mereka pun berkumpul, berdoa bersama, dan membagi makanan mereka. Bersama-sama memakan masakan mereka. Apa pun hasilnya, bagaimana pun rasanya, mereka harus menghabiskan masakannya.
Penutup
Semakin banyak anak melakukan sendiri, semakin besar kebahagiaan dan rasa percaya atas dirinya. Ketergantungan menimbulkan kekecewaan dan ketidakmampuan diri. - Elizabeth B. Hurlock, PsikologMelatih dan membiasakan anak-anak untuk hidup mandiri memang menjadi suatu kebutuhan yang perlu untuk diperjuangkan selalu. Semakin anak mampu melakukan sendiri, maka akan muncul rasa percaya diri dalam dirinya bahwa dia mampu melakukannya. Semuanya tentunya demi masa depan anak-anak. Karena tentunya kita semua tahu bahwa anak-anak tak akan selamanya bersama dengan orang tuanya. Maka, sekolah Wijana Mojoagung bergerak bersama orang tua untuk mendukung program-program kegiatan sekolah demi mendukung perkembangan kepribadian anak tersebut. (ADK)
Penulis
Antonius Dwi K., S.Pd.
Sie Kesiswaan SDK Wijana