Wijana Mojoagung: life notes
Loading post...
Pandemi Corona Membawa Cerita

Pandemi Corona Membawa Cerita


Covid-19 telah membawa dampak yang begitu besar dan mengubah keseharian kita. Tidak jarang pula, kita merasa bosan. Begitu pula anak-anak. Telah memasuki bulan ketiga ini anak-anak harus belajar di rumah. Tentunya kita tahu bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Jika sebelumnya mereka dapat pergi ke sekolah dan bermain dengan teman-temannya, namun di masa pandemi ini mereka harus di rumah saja. Belajar di rumah, bermain di rumah. Bosan, pastinya.

Namun, di tengah kebosanan itu ada sepenggal cerita dari anak-anak tentang bagaimana cara mereka mengisi waktu luang mereka dan menghilangkan kebosanan.

Samuel David Jackson Manik, siswa kelas IV SDK Wijana Mojoagung, menceritakan pengalaman kesehariannya selama pandemi ini dengan membuat video. Kadang dia juga merasa bosan tentang apa yang dialami selama pandemi ini. Tetapi dia melakukan aktivitas-aktivitas lain untuk mengurangi kebosanannya.

1. Banyak Waktu untuk Istirahat

“Kegiatan ke satu, kita dapat memakai waktu kita untuk beristirahat agar imun-imun dari tubuh kita agar tetap bagus,” ucapnya sambil memakai baju tidur.
Banyaknya waktu luang yang ada memang bagus dimanfaatkan untuk beristirahat agar daya tahan tubuh kita tetap terjaga.

2. Berjemur

“Mengapa perlu berjemur? Agar imun dalam tubuh kita tetap bagus,” ucap siswa yang memiliki darah keturunan Batak ini.
Ya, berjemur memang dapat memperkuat daya tubuh kita. Sinar matahari pagi banyak mengandung vitamin D yang bermanfaat untuk menjaga kekebalan tubuh terhadap penyakit.

3. Membantu Orang Tua

“Kegiatan ketiga, yaitu kita bisa membantu orang tua. Contohnya, kita bisa menyapu agar debu-debu tidak mengganggu kita. Dan kita bisa mencuci piring. Setelah selesai makan. Kita bisa merapikan tempat tidur saat kita selesai bangun (tidur)”, jelasnya.

4. Belajar di Rumah

“Kegiatan keempat, belajar di rumah. Kegiatan ini sangat penting lo. Kenapa? Agar ilmu kita dapat ditambah dari buku ini, sehingga kita tidak ketinggalan pelajaran yang disampaikan dari (oleh) guru”, sambungnya dalam video tersebut.

5. Mendekatkan Diri kepada Tuhan

Dalam videonya tersebut, putra dari Bapak Pendeta Marlin Jackson dan Ibu Susyanti Sitohang ini, juga bercerita bahwa masa pandemi ini juga menjadi kesempatan untuk kita mendekatkan diri dengan Tuhan.
“Jika kita selalu mau dekat dengan Tuhan, kita harus membaca Alkitab dan selalu berdoa apa yang kita inginkan”, jelasnya sambil membawa Alkitab.

6. Bermain di Rumah

Ini kegiatan yang ditunggu-tunggu, yaitu bermain game. Namanya juga anak-anak, pasti suka sekali kalau bermain game. Namun menurutnya, kegiatan ini baru boleh dilakukan jika sudah melaksanakan kewajiban mulai dari kegiatan nomor 1 sampai 5. Selain itu, bermain game juga tidak boleh sering-sering karena bisa merusak mata karena cahaya radiasi.

Di akhir videonya, dia berharap dan berdoa agar Tuhan bisa memulihkan bangsa Indonesia dari virus corona agar dia dan teman-temannya dapat bersekolah kembali.

Itulah sedikit cerita dari Samuel tentang kesehariannya di rumah selama pandemi ini. Seru bukan? Kamu punya cerita yang berbeda? Yuk kirim ceritamu dalam bentuk tulisan atau video ke wali kelasmu. Cerita yang terpilih akan di posting di website sekolah ini. Selamat berkarya. Stay safe, stay healthy, stay at home. (ADK)
Kumpulan Life Notes Semester Ganjil Tahun 2019-2020

Kumpulan Life Notes Semester Ganjil Tahun 2019-2020


Sungguh terkesan ketika melihat anak-anak dapat memaknai pengalamannya dengan begitu baik. Ini adalah salah satu catatan Life Notes yang dituliskan oleh anak-anak. Di usianya yang masih belia, mereka bisa memaknai sedemikian rupa.Terbayang jadi seperti apa mereka di saat dewasa.
Bulan Agustus

Pengalaman:
Hari Sabtu, 17-8-2019, saya dan teman-teman nonton (di) bioskop Jombang. Sebenarnya, kita akan melihat film Mahasiswa Baru, tapi (tiket) film itu sudah habis. Kami memutuskan untuk melihat (film) Bumi Manusia.
Sebelum film itu mulai, satu studio diminta untuk berdiri menyanyikan (lagu) Indonesia Raya bersama-sama. Saat satu studi bernyanyi, saya merasa merinding entah karena apa.
Film itu dimulai. Saya pikir, film itu semua isinya tentang kemerdekaan Negara Indonesia, tapi ternyata isinya semua hal yang tidak pantas untuk dilihat. Kami tidak menyukai film itu karena tidak sesuai dengan ekspektasi kami.
Kami pulang dengan rasa aneh yang terbayang-bayang di pikiran kami. Tapi tidak apa, kami masih bisa merasakan bagaimana satu studio bernyanyi bersama-sama.

Makna Pengalaman:
Yang saya ambil dari pengalaman ini adalah, tidak mengekspektasikan dulu apa yang belum kita rasakan atau kita lihat. Kita pun tidak boleh menyesali hal yang kita putuskan sendiri. (Charen Veronica Kusuma, Kelas V) 
*****

Pengalaman:
Saat tanggal 23 Agustus kemarin, kami sekeluarga memperingati hari ulang tahun ayah dengan kesederhanaan, yang penting kami bahagia bersama, tetapi kami tidak merayakan sepenuhnya karena ayah harus bekerja. Kami semua merayakan kembali pada tanggal 24 Agustus kemarin. Kami makan di Rocket Chicken Mojoagung. Setelah tiba di sana, kami sempat tidak mendapat tempat. Kami mengunggu sambil memesan dan akhirnya kami mendapat tempat. Setelah makan, kami pulang, tetapi kami (ayah dan saya) mampir ke warung untuk membeli mie goreng. Mama dan mbak pergi membeli martabak. Setelah tiba di rumah, kita makan bersama dengan kegembiraan bersama-sama.

Makna Pengalaman:
Bersyukurlah dari pengalaman-pengalaman yang telah kita lakukan, walaupun itu sederhana dan tidak terlalu mewah, yang penting itu kebahagiaan bersama. 
(Yusua Putra Prasetya, Kelas VI) 

***** 

Pengalaman:
Saya mempunyai seorang sahabat. Di saat itu, saya sedang istirahat. Kami bermain bersama, bersenang-senang dan tentu kami jajan bersama. Kami berdua sangat saling meyayangi mulai dari kelas TK A sampai kelas ini. Saya tahu sahabat tidak selalu bisa dipercayai, tetapi saya senang bisa bersahabat dengan dia.

Makna pengalaman:
Ketika sesorang memliki teman, mereka mempercayai sepenuhnya. Tetapi, seharusnya kita berhati-hati dengan teman kita. Kadang dia harus menghianati kita demi alasan apapun. (Titah Ayu Ratu J, Kelas V)
Bulan September

Pengalaman:
Hari itu saya dan kawan-kawan sedang melaksanakan nobar. Kami menonton seseorang autis yang memiliki kemampuan luar biasa. Dia sangat berbakat dalam musik meskipun dia buta. Ketika seorang juri memberikannya tombol emas dia menangis dan semua penonton yang melihat penampilannya ikut terharu dan bertepuk tangan. Saya pun jadi ikut terharu dan menangis.


Makna Pengalaman:
Setiap orang dilahirkan baik adanya. Entah dalam keadaan normal maupun tidak normal/autis. Kita yang normal saja mendapatkan apa yang kita inginkan tetapi kita lupa untuk bersyukur. Namun, mereka yang terbatas tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan tetapi mereka bisa bersyukur atas kemampuan yang Tuhan berikan kepada mereka. Apa pun yang kita anggap buruk, Tuhan anggap itu baik. Karena hanya mata manusia yang membuat semua buruk.

(Titah Ayu Ratu J, Kelas V) 
*****
Pengalaman:
Saya pernah sempat berpikir apa sih gunanya hidup? Kalau hanya bernafas, sekolah, makan dan itu pun diulang lagi. Lalu saya mulai mencari makna hidup. Ketika saya menemukan arti yang sesungguhnya, saya terdiam dan mulai belajar bersyukur.


Makna Pengalaman:
Hidup adalah sebuah anugerah Tuhan yang terindah. Kadang kala kita lupa siapa yang menganugerahi hidup ini dan bahkan kita lupa sebenarnya rencana Tuhanlah yang mengatur hidup kita. Pengalaman senang atau pun pengalaman sedih semua adalah rencana Tuhan. Jadi, seharusnya kita ingat dan mensyukuri itu karena tidak ada rencana yang paling indah selain rencana Tuhan. (Titah Ayu Ratu J,  Kelas V) 


*****

Pengalaman:
Waktu itu saya dimarahi mama. Saya dimarahi karena saya tidak disiplin. Saya dipukuli dengan penebah, dan saya merasakan kesakitan dan mama membuat peraturan jika saya melanggarnya saya akan dipukuli lai dan saya sepakat dengan peraturan itu.


Makna Pengalaman:
Orang tua memarahi kita karena mereka sayang kepada kita dan orang tua memarahi kita ada sebabnya seperti saya tadi. Mulai sekarang, saya tahu bahwa orang tua memarahi kira karena peduli dan sayang kepada kita.  (Winona Felicia Arief, Kelas IV) 

*****  

Pengalaman:
MEMBACA. Di sekolah waktu pagi sebelum memulai pelajaran biasanya membaca terlebih dahulu. Semakin hari, semakin saya sering membaca. Saya semakin menyukai membaca. Itulah untungnya saya bersekolah di SDK Wijana (telah, Red) mengajarkan ke membaca untuk menambah ilmu. Saya sungguh berterima kasih kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah mempunyai rencana yang sangat indah pada saya.


Makna Pengalaman:
Lebih banyaklah membaca. Karena membaca itu adalah jembatan ilmu. Kalu kita tidak sering membaca hidup ini terasa seperti lampu mati. Lampu mati gelap tidak ada satu pun terang. Seperti gua yang tidak dihuni oleh orang lain yang kosong. Hampa rasa dunia ini tanpa membaca buku. Seperti membeli barang tetapi barang tersebut tidak digunakan. Buku adalah barang yang dititipkan oleh Tuhan untuk kita baca. (Tabita Nanda Younim, Kelas V)
Bulan Oktober

Pengalaman:
Saat Live Study Camp
Pada saat tanggal 25 September 2019 setelah saya pulang sekolah, saya pun pulang dan saya lihat tv. Lalu tidur. Lalu sorenya saya menyiapkan baju untuk besok. Lalu saya tidur malam dan besoknya saya berangkat ke sekolah pada pukul 10.00, dan saya menunggu bisa dari bisa Tayo dan kita pun memakai seragam pramuka dan kita berkumpul pada pukul 10.30. Setelah berkumpul kita menunggu bisa Tayo dan guru pramuka saya adalah Kak Kris dan kak Jirin/Slamet. Kita pun menunggu dan bisanya data pada pukul 11.00 dan kita pun berangkat ke Lembah Giri, Wonosalam. Dan setelah sampai kita turun dan melihat tempatnya indah dan rindang. Lalu saya mendirikan tenda dan kita menaruh barang-barang lalu kita upacara Pembukaan kita makan sore dan doa malam. Kita tidur di sana 3 hari 2 malam dan itu sangatlah seru.

Makna Pengalaman:
Belajarlah untuk sabar menunggu sesuatu. Misalnya: transportasi, atau hadiah. Kita harus bisa belajar hidup mandiri, misalnya mencuci baju, piring, kaos kaki, sepatu. Memasak: makanan, air supaya hangat dan membersihkan seluruh area rumah dan bangun tidak boleh dibangunin. Belajar bangun sendiri karena kita sudah dewasa. Kita tidak akan selamanya dengan orang tua dan jika kita sudah besar kita akan hidup mandiri, mencari pekerjaan sendiri memasak, mencuci, bangun tidur, mandi, dan membersihkan rumah dan orang tua kita akan menanti kesuksesan kita. (Vincentius Christian J, Kelas V) 

*****

Pengalaman:
Hari itu adalah pengalaman yang menurut saya baru dalam seumur hidup. Saat itu saya sedang bersedih lalu adik saya datang. Saya tersenyum, dalam kesediaan saya berharap adik tidak tahu pada hari itu saya sedih, karena tasa sayang saya ke adik adalah hal terindah yang diterima anak-anak seumurannya. Lalu saya sadar bertapa susahnya tersenyum dalam kesedihan namun itu akan menjadi hal mudah saat ada niat yang dalam.

Makna Pengalaman:
Senyum dan teruslah tersenyum karena serumit apa pun masalahnya. Teruslah tersenyum dan selalu Bahagia. Karena tersenyum salah satu cara mengusir kesedihan. Buat harapan-harapan yang banyak sekali walau itu sangat tinggi tetapi jangan pernah lupa untuk berdoa, rendah hati, niat yang dalam dan tetap tersenyum. (Titah Ayu Ratu J, Kelas V) 

*****

Pengalaman:
Hari ini, aku dan teman-teman memperingati hari Sumpah Pemuda. Kami melakukan baksos atau bakti social. Kami membersihkan tempat ibadah agama yang berbeda. Kelompok saya membersihkan klenteng. Kami membersihkan tempat klenteng. Saya dan teman-teman semangat membersihkan tempanya dengan sepenuh hati dan di sana memang ada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan untuk dibersihkan dan kami menghormati itu.

Makna Pengalaman:
Jadi, kita tidak boleh membeda-bedakan kebudayaan yang ada di Indonesia. Kebudayaannya macam-macam. Ada kebudayaan tari, lagu daerah, dan agama. Kita sebagai rakyat Indonesia, kita harus saling menghargai dan menghormati setiap perbedaan itu. Seperti yang telah saya lakukan bersama teman-teman. Kita tidak perlu melakukan hal-hal yang terlalu besar. Kita bisa melakukan hal-hal kecil saja, seperti membersihkan tempat ibadah yang beragama lain. Di situ saya dapat belajar bahwa setiap perbedaan itu tidak memecahbelahkan persatuan. (Tabita Nanda Younim, Kelas V) 


******

Bulan November

Pengalaman:
Suatu hari dalam hidup saya. Saya tahu apa yang saya butuhkan. Tapi, Tuhan tidak memberi apa yang saya minta. Saya tahu Tuhan sangat sayang pada saya, tetapi saya meragukan itu. Tuhan tidak memberi saya hidup yang benar-benar saya inginkan. Saya pernah benci dan marah sama Tuhan. Saya hanya bisa mengeluh. Suatu hari saya sadar bahwa saya manusia yang lemah. Kenapa saya hanya bisa meminta? Kenapa saya terus mengeluh? Dan mengapa saya lupa bersyukur? Saya lupa akan Tuhan yang memberi saya kehidupan ini.

Makna Pengalaman:
Semua yang diberikan Tuhan adalah anugerah yang harus disyukuri dan dikembangkan. Setiap saat kita tidak sadar bahwa kita hanya bisa meminta dan mengeluh. Kita lupa akan segalanya. Dengan dunia modern ini yang penuh dengan media sosial, dunia maya, handphone, whatsapp, facebook. Semuanya membuat kita lupa dan menjadikan kita lepas dari panutan agama. Handphone diciptakan manusia untuk mengubah gaya hidup kita. Namun kita yang malah menyalahgunakan itu. Never Blame the handphone” (Titah Ayu Ratu J, Kelas V) 
 
Program Kami

Formulir Kontak